BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sastra Indonesia di sekolah belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal itu disebabkan masih rendahnya mutu pembelajaran sastra yang terkait dengan rendahnya minat baca siswa dan mahasiswa. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Dendy Sugono pada seminar ASEAN bertema Pengajaran sastra Indonesia/Melayu di sekolah di Pusat Bahasa Depdiknas, Jakarta, Selasa, 29 Juli 2008 (Media Indonesia Edisi 31 juli 2008).
Dendy menuturkan, kurangnya gairah membaca pada kalangan remaja Indonesia secara tidak langsung berdampak pada kurangnya gairah menulis di kalangan remaja. Di sisi lain, ujar Dendy, guru sastra juga masih belum banyak memiliki kemampuan apresiasi dan kurang berinovasi dalam pembelajaran sastra di kalangan siswa, termasuk dalam pemanfaatan sarana teknologi dalam proses pembelajaran sastra.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Prof Yus Rusyana menambahkan bahwa cara untuk menggalakkan pembelajaran sastra Indonesia di kalangan siswa dan juga mahasiswa tidak sebatas memberikan bahan-bahan karya sastra Indonesia. “Namun, siswa dan mahasiswa harus diajak untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kurikulum yang diajarkan. Artinya, sastra tidak sebatas pada membaca sastra, tetapi lebih dari itu, bisa memahami karya sastra, mengeksplorasi karya sastra, dan juga belajar berkreasi untuk menciptakan karya sastra.
Dalam hal itu, kata Yus, guru dapat mengajak siswa melakukan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang tertera dalam materi ajar sastra Indonesia, di kelas ataupun ruang kelas dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada di sekolah serta dilakukan secara berkelanjutan.
Pembelajaran menulis puisi, sebagai bagian pembelajaran sastra juga mengalami permasalahan yang sama. Siswa cenderung lebih menyukai menulis karangan ilmiah populer daripada menulis puisi. Siswa beranggapan bahwa menulis puisi lebih sulit dibandingkan dengan menulis surat, menulis memo atau lainnya. Menulis puisi kadang menjadi beban terberat bagi siswa. Hal ini karena siswa beranggapan bahwa puisi terlalu berat dari segi bahasa maupun penafsirannya.
Sebenarnya, setiap siswa dapat menulis puisi. Masalahnya, mau atau tidak siswa tergerak untuk menuliskan kata-kata yang mampu mewakili kata hatinya. Misalnya, jika siswa sedang sedih, jatuh cinta, kecewa, rindu, semuanya dapat diekspresikan dalam bentuk puisi.
Melihat fenomena tersebut, guru bahasa Indonesia harus kreatif dan inovatif. Guru bahasa Indonesia harus mampu memberikan pemahaman bahwa menulis puisi tidaklah sulit. Menulis puisi dapat dilakukan secara mudah dan menyenangkan. Agar puisi yang ditulis dapat mewakili ide serta gagasan, tentu saja ada teknik-teknik penulisan yang perlu diperhatikan.Langkah yang dapat ditempuh untuk membiasakan menulis puisi sangatlah beragam. Guru dapat memilih cara yang paling sesuai dengan karakteristik kelas. Penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan di kelas VIII A adalah menulis puisi dengan teknik kata berantai. Teknik ini merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk membiasakan menulis puisi. Selain praktis, cara ini juga menyenangkan karena melibatkan siswa secara berkelompok.
Download Gratis Penelitian Tindakan Kelas Untuk SMP Terbaru
Jika bapak ibu minat silahkan download dibawah ini :
- PTK SMP MAPEL BIOLOGI
- PTK MAPEL FISIKA
- PTK SMP MAPEL BAHASA INDONESIA
- PTK SMP MAPEL PKN
- PTK SMP MAPEL TIK
- PTK SMP MAPEL IPS
- PTK SMP MAPEL MATEMATIKA
- PTK SMP MAPEL BAHASA INGGRIS
Kami hanyalah manusia bila ada kurang pas kami mohon maaf.
Post a Comment